yey~
chapter 1 ~~~
ada kah yang membacanya???
hmm, aku tak terlalu berharap...
tapi aku berharap ada yang komen~
hahaha (gedek nie anak. gk da yg baca tp b'harap ada yg komen)
ok, langsung aja
Happy reading and don't forget to comment ^^


Title: Life is a Melody
Genre: drama, friendship, angst(maybe)
Author: Aichi_isti *me


***
DDUUKK
DDUUKKK
BRRAAAKKK
Sebuah keributan membuatku tersadar dari lamunanku, keningku berkerut bingung ‘apa yang terjadi?’ batinku menatap keluar pintu kamar.
“Ya! Apa yang kau lakukan?” terdengar suara Maya neechan dari luar kamar.
Aku berdiri berniat keluar kamar untuk melihat apa yang sedang terjadi.
“Gomen Neechan, aku gak sengaja,” kali ini suara Ririm yang terdengar. Haahh, apalagi yang anak itu lakukan.
Kubuka pintu kamar dan keluar dari sana. Tiba-tiba Maya neechan berjalan melewatiku dengan muka yang ketara kesal dan,, merah?
“Neechan?” panggilku, tapi ia terus berjalan keluar mansion dan,,
BRAKK
Ia membanting pintu, aku berlonjak kaget.
Perhatianku beralih kearah dapur, dari sana keributan berasal. Aku memiringkan kepalaku, kenapa Ririm belum keluar? Apa yang sedang ia lakukan? Akhirnya kuputuskan untuk melihat kedapur.
Didalam dapur ku lihat Ririm berjongkok menutupi mulutnya dan memegangi perut seperti sedang menahan sesuatu, pundaknya bergetar.
“Hihihihi,” aish, sepertinya aku tahu dia sedang apa. baiklah, ichi,, ni,, san,,
“BUAHAHAHA,, HAHAHA,,” tawanya pecah seketika. Aku hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum melihat kelakuannya.
Ririm menatapku, tapi masih dengan tawanya. Ia mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya kearahku membentuk huruf ‘V’, pertanda ia telah berhasil melakukan ‘rutinitas’nya, menjahili neechan-neechan nya.
Aku tersenyum menanggapinya, kemudian berbalik dan berjalan menuju kamarku.
Kirin berdiri, masih memegangi perutnya berusaha menahan tawanya, “Neechan,” panggil Kirin ditengah-tengah tawanya. Aku hanya mengangkat tangan kananku dan masuk kedalam kamar.
Kutatap tuts-tuts keyboard dihadapanku. Aish! Kepalaku mulai pening, sudah lebih dari tiga jam aku duduk didepan piano digital ini, berusaha melanjutkan lagu yang baru kuselesaikan setengahnya.
Yang kulakukan sejak tadi hanya diam menatap deretan tuts berwarna putih tulang itu. Bersyukur juga ada kejadian tadi, aku jadi tak terlalu suntuk.
Pintu kamar terbuka, refleks aku menoleh, kulihat Ririm masuk dengan cola ditangannya. Ia menatapku penuh selidik.
Aku kembali memfokuskan pikiranku pada keyboard. Jariku mulai memainkan tuts-tutsnya dengan acak, ya mungkin saja tiba-tiba melintas ide diotakku.
“Kau kenapa Agate nee?” aku menoleh menghentikan ‘permainan’ku, menatapnya bingung. Ririm duduk dikasurnya sambil meneguk cola yang ia pegang.
Ya, dikasurnya. Dimansion ini hanya ada tiga kamar, dan aku sekamar dengan si ‘devil magnae’ ini. Midori dan Maya neechan tidur sekamar juga.
Sisa kamar ditempati oleh sang leader, Nami neechan. Ia tidur sendiri, selain karena yang tinggal di mansion hanya lima orang, juga karena ia seorang leader, bisa dibilang karena ia memiliki ‘kekuasaan’ lebih.
Dan tiga member lainnya, Fumiki neechan, Sairu neechan, dan Mika tinggal dirumah mereka masing-masing.
“Badmood ya?” tanyanya lagi.
Aku menggeleng. Mungkin memang sedikit aneh untuknya. Yang biasanya aku akan selalu bertanya apa yang telah ia lakukan setelah melakukan ‘rutinitas’nya dan malah membuat ide baru untuk menjahili member yang lain, atau hanya ikut tertawa bersamanya. Tapi kali ini aku langsung pergi begitu saja masuk kedalam kamar.
“Kalau memang lagi capek, istirahat aja sana,” ia berjalan kekamar mandi.
Lagi-lagi aku hanya tersenyum. Aish! Anak itu, berani menasehatiku seperti lebih tua dariku saja.
Kurasa memang itu yang kubutuhkan, istirahat. Walaupun aku member yang paling ‘tidak sibuk’, atau bisa dibilang jobku paling sedikit, tapi itu saja sudah membuatku lelah. Setelah pulang dari syuting pagi tadi aku langsung berangkat kekampus, setelah pulang dari kampus aku duduk didepan keyboard ini, melanjutkan tugas yang belum selesai juga selama seminggu ini.
Padahal aku berjanji pada Kazura niisan -manager kami- akan menyelesaikan sebuah lagu dalam satu minggu, tapi aku baru membuat setengahnya. Ahh, bodohnya aku menerima tawaran itu.
Aku merenggangkan tanganku keatas berusaha merilekskan diri. Terdengar sebuah ketukan pintu diiringi dengan dengan suara yang kukenal, “Aga-chan aku masuk ya?”
“Hai,” jawabku, pintu terbuka lalu masuk Nami neechan, ia memandangi seluruh ruangan, seperti mencari seseorang.
“Mana Ririm?” tanyanya akhinya. Aku menggerakan daguku menunjuk kekamar mandi. Ia mengangguk mengerti dan berjalan kearah kamar mandi.
“Ririm! cepat?! Sudah jam lima lewat. Setengah jam lagi kamu kan ada pemotretan. Kamu gak lupakan?” teriak  seraya menggedor pintu kamar mandi.
Aku hanya memerhatikan dari sini. Nami neechan, benar-benar leader yang baik untukku, sesibuk apapun ia, ia masih tetap menyempatkan diri untuk mengingatkan membernya pada jadwal mereka atau hanya sekedar mengingatkan untuk makan. Ya, jika dilihat dia member paling sibuk diantara kami, dia memang yang terbaik.
“Nani? Pemotretan? Aish! Aku lupa. Baiklah, sebentar lagi aku selesai,” teriak Ririm dari dalam kamar mandi. Aku tersenyum mendengarnya. Dasar anak itu.
“Aish! Cepatlah nanti kamu terlambat,” balas Nami neechan, ia menghela napas lelah. “Haahh, anak itu. Apa aku harus menyarankan pada Kazura niisan untuk memberinya manager khusus?” ujarnya seraya berjalan mendekat dan melihat kertas yang ada disampingku –pekerjaanku yang belum selesai.
“Belum selesai?” tanyanya menanggapi kertas yang ada ditangannya.
“Begitulah,” jawabku singkat.
“Kamu sakit? Wajahmu sedikit pucat?” tanyanya lagi seraya menempelkan punggung tangannya kekeningku.
Aku menggeleng, “Iie, hanya lelah,” jawabku sekenanya.
Ia menghela napasnya, “Istirahatlah, jam tujuh kita ada wawancara.” Aku mengangguk mengerti.
Nami neechan tersenyum, lalu berjalan keluar kamar. “Ririm cepat!” ucapnya sebelum benar-benar keluar dari kamar.

***

Suara tawa dan tepuk tangan penonton menggema distudio ini. Aku dan Nami neechan pun ikut tertawa saat ada bintang tamu lain yang menjawab dan berhasil membuat gelak tawa. Yang diundang dalam acara ini hanya aku dan Nami neechan, dan beberapa bintang tamu lain yang memang seorang pelawak.
Beberapa dari jawaban kami pun mampu membuat para penonton tertawa. Ya, sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa yang lucu dari jawabanku.
Aku ikut tertawa setiap perkataan senior pelawak kami itu menjawab, meski dengan menahan rasa sakit. Entah kenapa tiba-tiba kepalaku mulai terasa sakit, aku jadi tidak terlalu konsen. Untung saja ini offair, jadi aku tak perlu khawatir.
“Nah, baiklah. Sekarang pertanyaan untuk Agate-san,” ucap MC padaku, membuatku harus memfokuskan perhatiank padanya, meski masih tak bisa benar-benar konsen.
MC itu memasukan tangannya kedalam sebuah kotak dan mengambil selembar kertas yang berisikan pertanyaan. Ya, begitulah acara ini. Pertanyaan yang dilontarkan oleh sang MC diambil dari kotak itu, jadi sang MC pun tak tahu apa yang akan ia tanyakan pada tamunya.
Ia membuka dan membaca isi kertas itu, lalu menatapku serius. Seakan mengerti dengan dengan tatapan sang MC, seluruh penonton diam, ikut serius.
“Apa yang akan kau lakukan jika ini hari terakhirmu, Agate-san?” tanya sang MC masih menatapku. Aku mengerutkan kening, tanda tidak mengerti.
“Apa yang akan kau lakukan jika besok kau meninggal?” aku diam, berpikir sejenak. Semua pandangan terfokus padaku, menunggu jawaban driku.
Aku menghela napas, apa yang akan aku lakukan jika besok aku meninggal. Aku tersenyum, dan menjawab dengan yakin, ”Aku ingin menghabiskan waktu dengan keluargaku dan member yang lain –karena mereka juga keluargaku. Menyelesaikan tugasku yang belum selesai semampuku, dan aku ingin kepantai. Hehehe,” entah kenapa jawaban terakhir itu terlintas begitu saja dibenakku. Pantai, jadi benar-benar ingin kesana.

***

Nami neechan menyodorkan sandwich padaku. Aku menerimanya dengan senang hati. Kami sekarang masih berada diruang rias menunggu Kazura niisan datang.
Aku memakan sandwichku pelan. Rasanya tak terlalu ingin makan, tapi aku belum makan malam, kalau aku tak memakannya bisa-bisa aku pingsan, apalagi dengan kepalaku yang semakin terasa sakit.
Nami neechan terus memerhatikanku yang makan dengan malas, “Kalau memang lagi sakit biar nanti aku yang izin ke Kazura niisan.”
“Eh? Tidak perlu neechan, aku baik-baik saja. Lagipula Kumi senpai sedang membutuhkanku malam ini, mau memberi kejutan pada bintang tamu. Hehe,” jawabku membongkar rahasia, hehe. Tidak apa-apa sih, toh tidak berdampak apa-apa.
Aku memang bekerja bersama senior kami Kumi senpai disebuah radio. Ya, aku menjadi asistennya disana. Hanya ini job tetapku –tentu selain bersama AkiMiko, jadi tidak mungkin aku meninggalkan pekerjaan ini begitu saja bukan.
Pintu ruangan terbuka, kami menengok bersamaan. Kazura niisan yang datang, ia memegang sebuah catatan ditangannya.
“Baiklah, ayo,” ajak Kazura niisan. Kami langsung mengikutinya dari belakang.
“Kami akan mengantamu dulu. Setelah itu kita jempu Sairu,” ucap Kazura niisan, aku mengangguk mengerti.
“Oh iya, jangan lupa sebelum jam sepuluh kau harus sudah ada si Tokyo TV, kalian tampil jam sepuluh tepat,” sambungnya mengingatkanku.
“Hai,” jawabku. Kami segera meluncur ke studio tempatku, dengan Kazura niisan yang dibelakang kemudi, sedangkan aku duduk dibelakang.

***

Kejutan yang kami dan kru buat berhasil, bintang tamu kami benar-benar terkejut. Kumi senpai terlihat bersemangat malam ini. Kami tertawa bersama mendengar kisah-kisah lucu dari tamu kami. Banyak penelepon yang menghubungi, menambah aku dan Kumi senpai semakin bersemangat. Ah, sungguh, malam ini menyenangkan.
Radio kami selesai jam setengah sepuluh kurang, ditutup dengan teriakan Kumi senpai dan aku semangat. Aku keluar studio, tiba-tiba saja sakit dikepalaku datang, bahkan lebih lagi. Akhirnya kuputuskan untuk ketoilet memcuci muka, mungkin itu bisa membantu.
Aku masuk kedalam toilet dan berdiri didepan wastaple menghadap cermin. Aish! Wajahku terlihat kusut. Kubasuh wajahku dan kembali meatap cermin.
DEG!
Tiba-tiba jantungku berdetak cepat, rasa pusing itu semakin parah. Aku menggigit bibir bawahku dan memegangi perutku. Rasanya perutku mual.
Aku berusaha mengatur napasku agar sedikit tenang, tapi tidak berhasil. Ruangan terasa berputar, semua terlihat buram, dan tiba-tiba semua gelap.

***

“Agate! Agate?” suara Kumi senpai terdengar samar ditelingaku. Perlahan kucoba membuka mataku. Tapi masih tidak bisa. Sekali lagi kucoba, tapi rasa sakit dikepala muncul. Refleks kupegang kepalaku, pening.
Samar-samar kulihat Kumi senpai duduk disampingku dan menatapku khawatir. Dimana ini? Oh tentu saja, ini masih di studio. “Kau sudah sadar? Syukurlah,” ucap Kumi senpai seraya membantuku duduk.
Ia menyodorkan secangkit teh hangat. Aku menerimanya dan memunum teh itu perlahan. “Apa yang terjadi?” tanyaku masih bingung.
***
TBC....
haha untuk awal itu dulu deh..
masih belum keliatan ya konfliknya???
chap berikutnya udah mulai ada konflik koq....
ok, ku tunggu komen kritik dan saran kalian semua ^o^/

0 komentar:

About this blog

Moshi-moshi minna-san!
welcome to my blog ^o^/ silahkan baca jika suka!! semoga isi blog ini bermanfaat ^.^ (meski ada beberapa postingan gaje ==" hehe)

jam

Diberdayakan oleh Blogger.
hai, buat k-lovers dan j-lovers ^o^/ watasi wa isti m(_ _)m... salam kenal ya ^^

jenis cerita apa yang kamu suka?