“Marsya! Bangun honey!”
“Marsya! Bangun! Sudah pagi! Kamu tidak mau terlambat lagi kan?”  Panggil Mom kepada anak gadisnya.
Sementara itu Marsya malah semakin menenggelamkan kepalanya kedalam selimut. Salju putih yang dingin turun dengan lembut diluar jendela. Hari ini adalah hari pertama musim dingin di London.

Tok,,tok,,tok,, tiba-tiba jendela kamar Marsya diketuk, membuat ia langsung terbangun dan menengok kearah jendela.
Dilihatnya seekor burung merpati berdiri didepan jendela kamarnya, ekor burung itu sedikit berwarna merah, dilehernya terkalung sebuah peluit kecil, dan dikakinya terdapat gulungan kertas kecil.
Marsya membuka jendela dan dengan hati-hati ia mengambil merpati itu. bersamaan dengan itu, seekor kupu-kupu hitam keluar dari kamar Marsya. Tapi Marsya tidak memperhatikan kupu-kupu itu karena penasaran dengan kertas kecil yang terdapat pada kaki merpati.
Marsya mengambil gulungan kertas itu dan membukanya.
“Ini dari Jhon Uncle,” Gumangnya, lalu ia mulai membaca isi kertas itu. Ia tersenyum melihat isi kertas itu, burung merpati itu ternyata hadiah ulang tahun dari pamannya. Ya, hari ini Marsya genap berumur 17 tahun.
Setelah ia selesai bersiap-siap, ia langsung pergi keruang makan untuk sarapan bersama Dad dan Mom. Dimeja makan Dad dan Mom Marsya mengecup pipinya dengan lembut dan hanya memberi ucapan selamat. Selesai sarapan Marsya pamit dan langsung pergi dengan membawa mobilnya kesekolah.
Selama diperjalanan Marsya sedikit merasa kecewa karena dia pikir akan mendapat hadiah sebuah liontin kupu-kupu dari kedua orang tuanya, sebuah liontin kupu-kupu yang ia lihat dipameran kota beberapa hari lalu, “Hmm, it’s ok, mungkin Mom and Dad sedang tidak ada uang,” gumamnya.
Beberapa menit ia menyetir, sudah terlihat gedung besar yang klasik. Gedung itu adalah Hawkes High School, sekolah Marsya yang baru.
Marsya baru kembali beberapa bulan yang lalu ke London setelah 6 tahun tinggal di Indonesia, karena ayahnya memang lahir di Inggris.
Setelah memarkirkan mobil, Marsya tidak melihat Elena yang biasa menunggunya di tempat parkir untuk masuk kekelas bersama.
Kriinggg,,, bel tanda masuk sudah berbunyi, akhirnya Marsya memutuskan pergi kekelas sendiri.

Marsya berlari dikoridor sekolah yang mulai sepi, hampir semua murid sudah masuk kekelasnya masing-masing. Terlihat sebuah kelas diujung koridor, ia masuk kekelas itu dan duduk di bangku paling belakang dekat jendela.
“Marsya?!” panggil Elena.
“Elena? Kamu baru datang?”  tanya Marsya yang melihat Elena baru datang.
“Ya, jalan didekat rumahku licin karena salju, so tidak boleh bawa mobil oleh my parent. Kamu tadi menungguku ya? Sorry.”
 “it’s ok.”
Dari pintu terlihat Ms. Alice memasuki ruangan kelas. Elena pun langsung kembali kebangkunya dan pelajaran dimulai.
Kriinggg,,, bel istirahat berbunyi, dan pelajaran kedua selesai. Marsya dan beberapa murid lainnya tetap berada dikelas karena udara yang dingin diluar.
Marsya menatap keluar jendela, matanya menerawang ke masa lalu. Melihat salju yang turun mengingatkan pada kakaknya yang sudah lama tak bertemu karena berada diluar kota. Walaupun jarang bertemu, dia dan kakaknya sangat dekat.
“sebaiknya aku telepon kakak. Semoga dia mau pulang malam ini,” gumangnya. Dengan semangat ia menekan beberapa deret nomor di handphonenya.
“Hallo, Marsya ada apa?” terdengar suara yang dikenalnya dari ujung telepon.
“Hmm, kak Bryan hari ini hari apa ya?”
“Haha, jadi kamu menelepon kakak hanya untuk menanyakan hari apa ini?”
“Uhh, i’m serious?!”
“Haha, ok ok. Today is friday.”
“Aish, not it’s i mean?!”
“Haha yes, i know, i know. Happy birtday my honey sister. Hmm, malam ini kamu ada acara?”
“Tonight? Tidak ada.”
“Kakak ingin bertemu denganmu di taman kota jam delapan, setelah itu kita kepameran, bagaimana?”
“Really? Sure, i want. Jam delapan ditaman kota. Sudah dulu ya kak. Bye.”
“Bye-bye.”
tuu,,tuutt,, ttuuttt...
Telepon teputus. Marsya menyimpan kembali handphonenya ke dalam tas. Ia kembali menatap salju yang turun dengan lembut dan meneruskan lamunannya yang terputus.
Ia tersenyum mengingat-ingat saat ia bermain bola salju, bermain seluncur salju ,dan membuat boneka salju bersama kakaknya.
Krriinnggg....
Jam sudah menunjukan pukul 3 tepat, dan bel tanda sekolah selesai berbunyi. Semua murid pun keluar dari sekolah. Hari ini semua berjalan seperti biasa disekolah, tidak ada yang istimewa. Awalnya Marsya berharap mendapat kejutan kecil dari teman-temannya, tapi ternyata tidak.
Dia berjalan menuju mobilnya, sambil mencari kunci mobil yang ia simpan ditasnya. 
Marsya?!” paggil Elena yang berlari menuju Marsya sambil melambaikan tangannya. Marsya berhenti dan menengok kebelakang untuk melihat siapa yang memanggilnya.
Ia tersenyum dan membalas lambaian tangan Elena.
“Marsya mau temani aku ke toko buku ya? Hari ini aku kan tidak bawa mobil. Kalau jalan, salju sudah mulai turun,” jelas Elena yang sekarang sedang berada disamping Marsya.
“Ok. Lagipula aku juga ingin lihat ada novel baru tidak,” jawab Marsya. Saat akan menyalakan mobil, seekor kupu-kupu hitam terbang melewati mobilnya.

Sesampainya ditoko buku Elena dan Marsya pergi ke rak novel dan melihat beberapa novel. 
Marsya, kamu percaya dengan kesempatan kedua?” tanya Elena yang sedang membaca sebuah novel.
Marsya yang serius mencari novel terdiam karena merasa aneh dengan pertanyaan itu lalu melirik Elena, “Sorry? Hmm, may be. Kalau itu sudah terjadi padaku.” jawab Marsya dengan sedikit ragu. 
Jangan jawab seperti itu. if you believe say yes, and if you not believe say no,” Jelas Elena yang masih membaca novelnya.
“Memangnya kenapa?” tanya Mersya. Tapi Elena tetap diam.
Jam sudah menunjukan pukul 17.45, Marsya dan Elena memutuskan untuk menyudahinya. Setelah membayar novel yang mereka beli, mereka pergi ke tempat parkir dan pulang.
“Marsya aku boleh main kerumah kamu tidak?” tanya Elena karena mereka masih diperjalanan. “Of course,” jawab Marsya dengan senang, karena dia yakin kalau orang tuanya belum pulang dari kantor.
Sesampainya dirumah Marsya memasukan mobilnya ke garasi, lalu mereka masuk kedalam rumah. Tidak seperti biasanya lampu rumah dimatikan, ruangan utama sangat gelap.
"Biar aku yang menyalakan lampu,” saran Elena. “SURPRISE!!!” tiba-tiba terdengar teriakan saat lampu menyala. Suasana ruangan sangat ramai, semua teman Marsya, Mom dan Dad pun ada.
Marsya tersenyum sumringah melihat kejutan yang diberikan oleh teman dan orangtuanya.
Dilihatnya Dad merentangkan tangannya, lalu dengan cepat Marsya berlari memeluk Dadnya “thanks Dad!” kemudian dia memeluk Mom yang terus tersenyum hangat padanya “thanks Mom!” ucapnya sambil melepas pelukan hangat mereka lalu dia menatap teman-temannya “THANKS GUYS!” ucapnya,.
Elena dan teman-temannya pun memeluk Marsya dan mengucapkan selamat.
“This is for you honey,” Mom memberikan kotak berwarna coklat berpita putih.
Marsya membuka kotak itu dan melihat liontin kupu-kupu yang sangat ia inginkan. Dengan perasaan senang Marsya memakai liontin itu lalu memeluk Mom dan Dad.

Marsya duduk sambil memperhatikan liontin yang melingkar dilehernya. Gaun coklat hadiah dari Mom membuat liontin kupu-kupu yang ia kenakan terlihat berkilau, menjadikan marsya terlihat berbeda.
“Marsya aku pulang duluan ya?” tanya Alexa sang ketua kelas. “Kenapa cepat-cepat begitu? yang lainnya juga masih ada,” tanya Marsya. “I’m sorry, tapi sekarang sudah jam delapan kurang,” ujarnya.

Kakak ingin bertemu denganmu di taman kota jam delapan, setelah itu kita kepameran, bagaimana?

Mendengar jam delapan, Marsya baru ingat tentang janjinya dengan kak Bryan. Dengan cepat ia mengambil mantelnya dan kunci mobil di dalam kamar. Lalu ia berlari keluar rumah tanpa menghiraukan panggilan teman-temannya.

Malam ini taman tidak begitu ramai. Salju mulai turun menambah dinginnya malam. Marsya duduk dibangku taman yang hanya disinari lampu malam.
Disekeliling Marsya terbang beberapa kupu-kupu hitam, kupu-kupu itu terlihat semakin cantik disinari lampu malam. Marsya memperhatikan kupu-kupu itu.
Ia merapatkan mantelnya, berusaha menhangatkan badannya. Sesekali ia melihat jam yang ada ditaman kota, jam itu pun dikelilingi kupu-kupu yang sama.
pukul 20.55
Sudah setengah jam ia menunggu disana. Dengan gelisah ia menelepon seseorang, namun hasilnya nihil, tak ada jawaban sama sekali.
Pukul 22.40
Kupu-kupu hitam disekitar Marsya sudah tidak ada. Dengan gelisah ia mencoba menelepon kakaknya, entah sudah yang berapa puluh kali ia melakukan itu, tapi tetap tidak ada jawaban.
Karena kesal dan rasa dingin ia nyalakan musik dari handphonenya dengan sedikit keras agar ia tidak merasa takut. Dengan sabar ia menunggu.
Pukul 23.57
“Ini keterlaluan!!!” teriak marsya saat tahu kalau sekarang jam duabelas kurang, dan tiga menit lagi hari spesialnya akan berakhir.
Mukanya sekarang sudah mulai membiru karena kedinginan. Dengan rasa kesal bercampur marah ia berjalan pergi dari taman menuju tempat mobilnya diparkir disebrang jalan.
“Marsya, wait for me?!” teriak seseorang dari arah belakang. Marsya menoleh dan dilihatnya seorang lelaki bertubuh tinggi, mengenakan mantel biru dan syal abu-abu.
Saat menyadari siapa yang memanggilnya, marsya memalingkan wajahnya dan berlari sekuat tenaga. “Marsya berhenti, aku mohon maafkan aku!” teriak lelaki itu yang ternyata adalah kak Bryan. Tapi Marsya terus berlari, rasa kesalnya mengalahkan rasa rindu kepada kakaknya.

Tiinnn...Ttiiiinnnnn.....

“MARSYYAAAA!!!!”

Suara kak Bryan dan suara klakson mobil dari arah kiri mengagetkan Marsya.
Marsya menolehkan kepalanya,,,

CIIITTTT...DUUKKK...BBRUUUKKK.....

“Marsya! Bangun honey!”

“Marsya! Bangun! Sudah pagi! Kamu tidak mau terlambat lagi kan?” panggil Mom dari luar kamar. Marsya bangun dengan keringat yang membasahi seluruh badannya, napasnya terengah-engah tidak teratur.
“That? Just dream?” tanyanya yang lebih kepada dirinya sendiri. “Huft syukurlah,” ujarnya sambil memegang dahinya yang basah.
Tok,,tok,,tok,,, terdengan ketukan dari arah jendela. Ia melihat seekor burung merpati berdiri didepan jendela kamarnya, ekor burung itu sedikit berwarna merah, dilehernya terkalung sebuah peluit kecil, dan dikakinya terdapat gulungan kertas kecil.
Apa itu? seekor burung merpati? Apa mungkin??
Dengan cepat ia membuka jendela dan mengambil merpati itu, diambil dan dibacanya gulungan kertas yang ada di kaki merpati. “Dari Jhon Uncle. Bagaimana bisa?”

Marsya, kamu percaya dengan kesempatan kedua?

Matanya membelalak saat ingat ucapan Elena.
Apa mungkin ini????.......

~THE END~

yoyoyo, kembali dengan cerpen ke-3!!!
 hahaha, tambah gaje nie cerita..
hmm, niat'a nih pengen biki cerbung..
moga jadi. yey~
please comment ok?

0 komentar:

About this blog

Moshi-moshi minna-san!
welcome to my blog ^o^/ silahkan baca jika suka!! semoga isi blog ini bermanfaat ^.^ (meski ada beberapa postingan gaje ==" hehe)

jam

Diberdayakan oleh Blogger.
hai, buat k-lovers dan j-lovers ^o^/ watasi wa isti m(_ _)m... salam kenal ya ^^

jenis cerita apa yang kamu suka?